Dumai, 20 April 2025 – IKS DUMAI
“Di bawah langit biru dan hembusan angin pantai, lahir tekad baru untuk keluarga, masyarakat, dan masa depan.”
Langit Dumai bersih pagi itu, seolah ikut menyambut ratusan orang yang mulai berdatangan ke Pantai Marina. Bukan hanya untuk berwisata, tapi untuk menyatu dalam suasana yang penuh makna. Sebuah kegiatan yang tak biasa, namun penuh pesan: “Family Gathering & Aspirasi Masyarakat” yang digelar oleh Ikatan Keluarga Sakinah (IKS) Dumai.
Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan unik antara keluarga, aspirasi masyarakat, dan alam. Di tengah semilir angin dan deru ombak, IKS Dumai membuktikan bahwa komunitas bisa menjadi jembatan antara kehangatan rumah dan suara rakyat yang ingin didengar.
Ketika Laut Jadi Saksi Cinta Keluarga
Sejak pagi, suasana sudah terasa berbeda. Anak-anak berlarian di pasir, para ibu menyiapkan hidangan bersama, dan para ayah duduk berdiskusi dengan akrab. Tidak ada sekat, tidak ada protokoler kaku. Semuanya menyatu dalam satu semangat: menyatukan hati, menyatukan arah.
Pantai bukan sekadar tempat. Ia menjadi saksi lahirnya energi baru bagi keluarga-keluarga yang selama ini mungkin terlalu sibuk dalam rutinitas. Di sinilah mereka tertawa bersama, saling bercerita, dan menyadari bahwa kebersamaan adalah obat paling mujarab bagi lelahnya zaman.
IKS Dumai memanfaatkan momentum ini bukan sekadar untuk rekreasi, tapi juga refleksi. Mereka menyadari bahwa keluarga yang kuat lahir dari interaksi yang hangat. Dan pantai, dengan kesederhanaannya, menjadi panggung paling jujur untuk itu.
Aspirasi yang Tumbuh dari Akar
Di sela tawa dan permainan anak-anak, digelar sesi khusus: mendengar aspirasi dari anggota dan masyarakat. Hal ini menjadi poin penting dari kegiatan. Bukan hanya menyenangkan hati, tapi juga memperkuat peran komunitas sebagai penyambung lidah masyarakat.
Satu per satu suara disampaikan: tentang pendidikan anak, ketahanan keluarga di era digital, bahkan tentang ekonomi rumah tangga. Semuanya disambut dengan empati dan dicatat untuk ditindaklanjuti. Ketua IKS Dumai, Bapak Syafriadi, menegaskan bahwa komunitas ini tidak hanya hadir saat senang, tapi juga saat butuh arah.
“Kami ingin IKS menjadi tempat orang tua mengadu, anak-anak berkembang, dan ibu-ibu merasa didengar,” ujar beliau dalam sambutan hangatnya.
Menghadirkan Pemerintah dan Tokoh Masyarakat
Yang membuat kegiatan ini makin berkesan adalah hadirnya tokoh-tokoh penting dari pemerintahan dan masyarakat. Kehadiran mereka bukan sekadar simbolis, tapi ikut membaur dalam suasana kekeluargaan. Para tokoh ini juga ikut mendengarkan aspirasi, menanggapi langsung, dan menunjukkan kepedulian.
Ini menciptakan atmosfer kepercayaan antara rakyat dan pemangku kebijakan. Di bawah tenda sederhana, antara aroma laut dan makanan tradisional, lahirlah dialog yang jujur. Tanpa tekanan, tanpa panggung megah – hanya manusia yang bicara pada manusia.
Warna Budaya yang Menghidupkan Suasana
IKS Dumai juga tak lupa membawa budaya dalam setiap langkahnya. Acara dimeriahkan dengan pentas seni dari anak-anak dan ibu-ibu. Lagu-lagu Melayu, tarian tradisional, hingga pantun spontan membuat suasana semakin hangat. Di sinilah terlihat bahwa komunitas ini tidak hanya berbicara tentang hari ini, tapi juga menjaga warisan untuk generasi esok.
Nilai-nilai budaya, jika terus disematkan dalam kegiatan keluarga seperti ini, akan menjadi akar kuat yang mencegah masyarakat dari tercerabutnya jati diri. IKS Dumai sadar bahwa budaya bukan barang kuno, tapi pelita di tengah gelapnya arus zaman.
Menyatukan Hati, Menyemai Harapan
Acara ini ditutup dengan doa bersama, yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Doa yang mengalirkan harapan: agar keluarga-keluarga tetap sakinah, anak-anak tumbuh dalam kebaikan, dan masyarakat tetap dalam kebersamaan.
IKS Dumai bukan hanya komunitas, tapi pelita. Mereka membuktikan bahwa kekuatan masyarakat terletak pada kesatuan hati, bukan sekadar jumlah anggota. Di pantai itu, bukan hanya gelombang yang datang dan pergi, tapi juga semangat baru yang tertanam dalam setiap keluarga yang hadir.
Dan setelah hari itu, ketika matahari mulai tenggelam dan satu per satu keluarga pulang, satu hal tetap tinggal: rasa. Rasa bahwa kita tidak sendiri, bahwa kita punya keluarga besar yang saling menguatkan – bernama IKS Dumai.
0 Comments