Dumai, 20 April 2025 – IKS DUMAI
“Memberi dengan hati, menerima dengan senyum – begitulah cinta dalam bentuk paling sederhana.”
Di bulan suci Ramadhan, langit Dumai berselimut senja saat azan magrib hampir berkumandang. Di tengah keramaian lalu lintas, tampak puluhan orang berdiri di pinggir jalan, membawa senyuman dan kantong-kantong berisi makanan. Mereka bukan pedagang. Mereka adalah bagian dari Ikatan Keluarga Sakinah (IKS) Dumai, komunitas yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan cinta yang nyata – bukan sekadar lewat kata, tapi melalui tindakan.
Kegiatan berbagi takjil yang dilakukan IKS Dumai bukanlah hal baru. Namun, setiap tahunnya selalu terasa segar dan istimewa. Tidak hanya karena kehangatan makanan yang dibagikan, tapi karena ada kehangatan hati yang ikut dibungkus dalam setiap paketnya.
“Kami tidak ingin Ramadhan hanya jadi momen pribadi. Kami ingin merasakan berkahnya bersama masyarakat,” ujar salah satu anggota IKS dengan mata yang berbinar.
Menghidupkan Nilai Sakinah di Jalanan
Dalam Islam, rumah tangga sakinah adalah rumah yang penuh kasih, damai, dan rahmat. Tapi IKS Dumai membawa nilai itu lebih jauh. Mereka meyakini bahwa ketenangan dan kasih sayang tak hanya tinggal dalam rumah, tetapi bisa mengalir keluar, menyentuh mereka yang bahkan tak dikenal.
Maka, pembagian takjil pun bukan semata kegiatan sosial, melainkan perwujudan cinta yang hidup. Di bawah terik matahari dan debu jalanan, para ibu dengan jilbab sederhana, para ayah dengan tangan penuh bungkusan, bahkan anak-anak yang ikut membagikan kurma dan air mineral – semuanya menebar sakinah, tanpa suara, tapi terasa.
Orang-orang yang menerima takjil pun tidak sekadar menerima makanan. Mereka menerima perhatian. Mereka menerima perasaan bahwa di kota ini, masih banyak orang yang peduli. Satu bungkus takjil mungkin hanya bertahan sampai waktu berbuka, tapi rasa syukurnya bisa tinggal lama di hati.
Antara Langit yang Memerah dan Doa yang Mengalir
Yang membuat momen ini begitu menyentuh adalah bagaimana kesederhanaan bisa berubah menjadi momen spiritual yang dalam. Saat azan berkumandang dan kendaraan mulai melambat, banyak pengendara menghentikan motor mereka untuk menerima takjil sambil tersenyum.
Beberapa bahkan membuka helm dan mengucap, “Terima kasih ya, semoga Allah membalas kebaikan kalian.”
Kalimat-kalimat kecil itu, meski sederhana, menjadi penguat bahwa apa yang dilakukan IKS Dumai bukan sia-sia. Bahkan untuk yang hanya menonton dari kejauhan, momen itu menggetarkan – seperti melihat cinta yang nyata, hadir dalam bentuk paling indah: memberi tanpa mengharap balas.
Menanamkan Cinta Sejak Dini
Satu hal yang membuat kegiatan ini semakin istimewa adalah keterlibatan anak-anak. Bagi IKS Dumai, pendidikan cinta dan empati tidak bisa ditunda. Anak-anak diajak terlibat langsung, bukan hanya sebagai pelengkap, tapi sebagai bagian utama. Mereka belajar bahwa berbagi adalah bagian dari identitas Muslim, bahwa tangan yang memberi akan selalu lebih tinggi dari tangan yang menerima.
Anak-anak yang ikut membagikan takjil tampak gembira. Mereka melambaikan tangan ke arah mobil-mobil yang melintas, wajah mereka berbinar melihat senyum orang dewasa yang menerima. Di situlah pendidikan sejati terjadi – bukan di ruang kelas, tapi di jalanan. Bukan lewat buku, tapi lewat tindakan nyata.
Ketulusan yang Terus Menginspirasi
IKS Dumai bukan organisasi besar dengan anggaran mewah. Tapi ketulusan mereka bisa dirasakan jauh melebihi angka. Kegiatan ini dibiayai dari iuran anggota dan donatur yang juga keluarga. Bagi mereka, keberkahan tidak diukur dari jumlah, tapi dari niat.
Bahkan ketika pembagian takjil selesai, dan semua orang mulai kembali ke rumah untuk berbuka, satu hal tetap tertinggal di jalan: jejak kebaikan. Sesuatu yang mungkin tak terlihat, tapi terasa.
Karena di balik satu takjil, ada ratusan niat baik, ribuan harapan, dan cinta yang tak terucap.
0 Comments